Senin, 30 April 2012

KHOTBAH, TABLIGH DAN DAKWAH


A.    KHUTBAH

Khutbah merupakan kegiatan berdakwah atau mengajak orang lain untuk meningkatkan kualitas takwa dan memberi nasihat yang isinya merupakan ajaran agama. Khotbah yang sering dilakukan dan dikenal luas dikalangan umat Islam adalah khotbah Jum’at yang dilaksanakan setiap hari Jum’at dan Khotbah dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Orang yang memberikan materi khotbah disebut Khatib.

Pengertian khotbah Jum’at ialah khotbah yang dilakukan sebelum shalat berjamaah dua rakaat pada waktu dzuhur dihari Jum’at. Jumhur ulama telah sepakat bahwa khotbah shalat Jum’at hukumnya wajib.


a.      Khatib Jum’at

Sebelum mengerjakan shalat Jum’at terlebih dahulu harus dilaksanakan khotbah (dua khotbah) yang disampaikan oleh khatib.
Adapun syarat khatib adalah sebagai berikut :
1.      khatib suci dari hadats kecil dan besar/berpakaian rapi, sopan dan baik
2.      khatib suci dari najis baik ditubuh, pakaian maupun tempat/berpakaian rapi, sopan dan baik
3.      khatib menutup aurat seperti shalat
4.      khatib berdiri jika mampu
5.      khatib duduk diantara dua khutbah
6.      mengetahui syarat, rukun dan sunah khotbah Jum’at
7.      fasih dalam melafalkan ayat Alquran dan hadis
8.      suaranya jelas, keras, dapat didengar oleh seluruh jamaah dan dengan bahasa yang mudah dipahami
9.      balig dan memiliki akhlak yang baik.

b.      Syarat Khotbah Jum’at

Khotbah Jum’at memiliki syarat-syarat, antara lain sebagai berikut:
1.      khotbah harus dilaksanakan dalam bangunan yang dipakai untuk Shalat Jum’at
2.      khotbah disampaikan khatib dengan berdiri (jika mampu) dan terlebih dahulu memberi salam
3.      khotbah dibawakan agak cepat, namun teratur dan tertib. Salah satu bentuk pelaksanaan khotbah yang tertib adalah mengikuti sebagaimana contoh hadits berikut:
كاَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَخْطُبُ قَائِمًا وَيَجْلِسُ بَيْنَ الْخُطْبَتَيْنِ
Artinya:
“Rasulullah saw. berkhotbah dengan berdiri dan beliau duduk di antara dua khotbah.”  (H.R. Jamaah, kecuali Bukhari dan Turmuzi)
4.      khutbah pertama bersambung dengan khutbah kedua
5.      khutbah kedua bersambung dengan shalat Jumat
6.      rukun khotbah dibaca dengan bahasa Arab, sedangkan materi khutbahnya dapat menggunakan bahasa setempat
7.      khutbah yang disampaikan dengan suara yang lantang dan tegas, namun tanpa suara yang kasar.
8.      khutbah itu didengarkan/dihadiri oleh minimal 40 orang yang wajib atasnya shalat Jumat (mazhab Asy-Syafi’i)
9.      khutbah dilaksanakan setelah tergelincir matahari (masuk waktu dzuhur) dan dilaksanakan sebelum shalat Jum’at.
 


c.       Rukun Khotbah Jum’at

Rukun khotbah harus dilakukan dengan tertib. Apabila rukun khotbah tidak dilaksanakan dengan tertib, maka akan menjadikan shalat Jum’at tersebut tidak sah. Adapun rukun khotbah tersebut adalah sebagai berikut:
1.      membaca hamdalah
2.      membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW
3.      membaca syahadatain, yaitu syahadat tauhid dan syahadat rasul
4.      berwasiat atau memberi nasihat tentang ketakwaan dan menyampaikan ajaran Islam tentang akidah, syariah atau muamalat
5.      membaca sebagian ayat Alquran pada salah satu dari dua khutbah (sebaiknya di khutbah pertama)
6.      mendoakan umat Islam pada salah satu dari dua khutbah (sebaiknya dikhutbah kedua).


d.      Sunah Khotbah Jum’at

Ketika menyampaikan khotbah Jum’at, ada hal-hal yang termasuk ke dalam sunah-sunah khotbah Jum’at. Sunah khotbah Jum’at adalah sebagai berikut:
1.      khotbah disampaikan di atas mimbar atau di tempat yang sedikit lebih tinggi dari jamaah shalat Jum’at
2.      khatib menyampaikan khotbah dengan kalimat yamh jelas, terang, fasih, berurutan, sistematik, mudah dipahami dan tidak terlalu panjang atau terlalu pendek
3.      khatib selalu menghadap kea rah jamaah
4.      khatib memberi salamk pada awal jamaah
5.      khatib hendaklah duduk sebentar di kursi mimbar setelah mengucapkan salam dan pada waktu adzan disuarakan
6.      khatib membaca surat Al Ikhlas ketika duduk di antara dua khotbah
7.      khatib menertibkan rukun khotbah, terutama shalawat Nabi Muhammad saw. dan wasiat takwa terhadap jamaah.

e.       Fungsi Khotbah Jum’at

Khotbah Jum’at sebenarnya memiliki banyak sekali fungsi, baik bagi muslim secara individu maupun secara social kemasyarakatan, antara lain sebagai berikut:
1.      memberi pengajaran kepada jamaah mengenai bacaan dalam rukun khotbah, terutama bagi jamaah yang kurang memahami bahasa Arab
2.      mendorong jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah
3.      mengajak jamaah untuk selalu berjuang menggiatkan dan membudayakan syarat Islam dalam masyarakat
4.      mengajak jamaah untuk selalu berusaha meningkatkan amar makruf nahi munkar
5.      menyampaikan informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan hal-hal lain yang bersifat actual kepada jamaah
6.      merupakan kesempurnaan shalat Jum’at karena skalat Jum’at hanya dua rakaat
7.      mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan iaman dan takwa kepada Allah AWT
8.      mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan amal saleh dan lebih memerhatikan mereka yang kurang mampu untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat
9.      mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan akhlakul karimah dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara
10.  mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan kemauan untuk menuntut ilmu pengetahuan dan wawasan keagamaan
11.  mengingatkan kaum muslim agar meningkatkan ukhuwah Islamiah dan membantu sesama muslim
12.  mengingatkan kaum muslim agar rajin dan giat bekerja untuk mengejar kemajuan dalam mencapai kehidupan dunia dan akhirat yang sempurna
13.  mengingatkan kaum muslim mengenai ajarn Islam, baik perintah maupun larangan yang terdapat didalamnya.


  1. Menyusun Naskah Khotbah
Dalam menuyusun naskah khotbah dibagi dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1.      Pendahuluan yang berisi hamdalah, syahadat, shalawat Nabi dan wasiat takwa.
2.      Penyampaian materi khotbah, yang didalamnya ada ayat suci Al-Quran.
3.      Penutup yang berisi hamdalah, syahadat, shalawat Nabi dan doa.


Pada waktu khutbah jum’at, memang diharamkan berbicara. Karena itu kalau ingin menyelenggarakan shalat jum’at yang kebanyakan dihadiri oleh anak-anak, perlu penanganan khusus sebelumnya. Pelajaran shalat yang pertama kali buat anak-anak itu bukan bagaimana bacaan shalat atau gerakannya, tetapi bagaimana adab berada di masjid. Pendidikan adab di dalam masjid ini harus bisa menjadi anak-anak itu bisa tenang di dalam masjid, baik saat shalat jum’at, atau pun shalat lainnya. Dan jangan sekali-kali melepas anak masuk ke masjid sebelum dia dinyatakan lulus dalam pendidikan adab di dalam masjid.
Rasullah SAW memang memerintahkan agar kita menyuruh anak usia 7 tahun untuk shalat, tetapi bukan dimulai dari masjid. Jadi jangan langsung dibawa ke masjid, sementara anak itu belum dibekali dengan adab-adab berada di masjid. Ini kesalahan paling fundamental dari kebanyakan kita, yaitu kita hanya membekali mereka dengan gerakan dan bacaan shalat, tetapi tidak pernah memastikan bahwa anak itu sudah punya bekal tentang adab-adab berada di masjid. Sehingga masjid menjadi riuh dan bising dengan kehadiran mereka. Maka anak-anak itu perlu mendapat terapi dan pelatihan  yang sangat mendasar tentang adab berada di masjid. Entah bagaimana cara dan tekniknya, mereka harus diajarkan bagaimana masuk masjid dan beribadah dengan tenang, khusyu” dan tidak bersuara saat khutbah disampaikan. Sekedar memarahi dan melarang mereka untuk tidak ribut dan dilakukan hanya saat khutbah jum’at adalah pekerjaan yang sia-sia, bahkan menghilangkan pahala jum’at. 


               
B.     TABLIGH


Tabligh sendiri berarti menyampaikan. Dari kata ballagha-yuballighu. Tabligh adalah penyampaian atau ceramah keagamaan yang berupaya mengajak manusia untuk berbuat kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Tabligh merupakan salah satu bentuk dakwah. tetapi dakwah bukan hanya semata-mata tabligh. Selain tabligh, dalam jenjang aktifitas dakwah juga mengenal taklim, yang bersifat lebih intensif dari tabligh. Ada juga takwin, yang jauh lebih intensif lagi dari taklim dan tabligh. Didalam tabligh, yang menjadi inti masalah adalah bagaimana agar sebuah informasi tentang agama Islam bisa sampai kepada objek dakwah. Tapi tidak ada tuntutan lebih jauh untuk mendalami suatu masalah itu. Berbeda dengan taklim, dimana intensitasnya lebih mendalam. Orang-orang yang masuk dalam program taklim punya beban lebih, yaitu belajar dan mendalami masalah-masalah ajaran Islam.

Setiap orang memiliki tanggungjawab untuk menyampaikan ayat-ayat atau ajaran Islam kepada saudaranya yang lain sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ اَايَةً (رواه البخارى ومسلم)
Artinya:
“sampaikan walaupun satu ayat.” (H.R. Bukhari Muslim)

ada hal-hal yang harus disiapkan dan diperhatikan sebelum seseorang menjalankan tanggungjawab untuk menyampaikan ajaran Islam. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Bersikap lemah lembut, tidak berhati besar, dan tidak merusak.
2.      Menggunakan akal dan selalu dalam koridor mengingat Allah AWT.
3.      Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
4.      Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.
5.      Materi dakwah yang disampaikan harus mempunyai dasar hukum yang kuat dan jelas sumbernya.
6.      Tidak meminta upah atas dakwah yang dilakukannya.
7.      Menyampaikan dengan ikhlas dan sabar, harus sesuai dengan waktu, pada orang dan tempat yang tepat.
8.      Tidak menghasut orang lain untuk bermusuhan, merusak, berselisih, dan mencari-cari kesalahan orang lain.
9.      Melakukan dakwah dan disertai dengan beramal shaleh atau perbuatan baik.
10.  Tidak menjelek-jelekkan atau membeda-bedakan orang lain, karena inti yang harus disampaikan dalam berdakwah adalah tentang tauhid dan ajaran Islam yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.



C.    DAKWAH

Secara bahasa (etimologi), dakwah berarti mengajak, menyeru, atau memanggil. Adapaun secara istilah (terminologi) yaitu menyeru seseorang atau masyarakat untuk mengikuti jalan yang sudah ditentukan oleh ajaran Islam berdasarkan Alquran dan Hadits untuk mencapai kebagahgiaan dunia dan akhirat.

Setiap ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh setiap mukmin disampaikan meskipun satu ayat. Firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125 yang berbunyi  : 
 
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ﴿١٢٥﴾
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Q.S. An Nahl : 125)
Maksud Hikmah pada ayat tadi ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Ayat tersebut menyuruh kaum mukmin untuk melakukan dakwah kepada manusia untuk melakukan kabaikan. Dakwah dilaksanakan dengan tiga macam cara, pertama, dengan hikmah yaitu ucapan yang jelas dan tegas dan sikap yang bijaksana, kedua, dengan maurid atau hasanah yaitu cara persuasife (tanpa kekerasan) dan edukatif (memberikan pengajaran) dengan suri teladan atau contoh yang baik, dengan ini pendengar akan semakin yakin dan percaya apa yang telah disampaikan oleh sipendakwah sebab apa yang telah disampaikannya itu sesuai dengan tingkah lakunya sehari-hari, sehingga yang mendengarnya akan melakukan apa yang disampaikan oleh sipendakwah, dan ketiga, dengan mujadalah yaitu diskusi atau tukar pikiran yang berjalan secara dinamis dan santun serta menghargai pendapat orang lain.

Pada awalnya, Rasulullah berdakwah kepada masyarakat di sekeliling beliau yang dikenal dengan sebutan generasi sahabat. Setelah itu, dakwah Rasulullah dilanjutkan oleh genarasi berikutnya yang disebut generasi tabiin. Generasi tabiin juga meneruskan kepada generasi berikutnya, yaitu tabiit tabiin. Demikian seterusnya, sehingga dakwah Rasulullah sampai kepada generasi umat Islam di dunia sekarang ini. Generasi sekarangpun (modern) meneruskan dakwah Rasulullah kepada generasi yang akan hidup pada zaman mendatang. Pada zaman modern ini, cara menyampaikan dakwah dan sejenisnya kepada umat Islam mudah, karena sekarang sudah banyak alat-alat yang mampu untuk penyampaiannya, yaitu dengan menonton TV, mendengarkan radio, mencari di internet dan lain-lain.

Manusia hanya mampu menyampaikan atau berdakwah tentang hukum Allah kepada seluruh makhluk di alam sehingga seorang dai harus menguasai sedikitnya enam hal penting yang harus disadarinya, yaitu:


1.      Menyadari bahwa setiap manusia berkewajiban menyampaikan ajaran islam kepada manusia lainnya.
2.      Harus menyadari bahwa yang menentukan seseorang beriman atau kafir hanyalah Allah. Manusia hanya berkewajiban sebatas menyampaikan ajaran Islam tersebut.
3.      Harus menyadari bahwa banyak manusia diciptakan Allah berbeda-beda dalam segala hal.
4.      Harus menyadari bahwa manusia ada yang tidak atau belum beriman.
5.      Harus menyadari bahwa di antara manusia ada yang membantah ayat-ayat Allah sehingga harus siap terhadap risiko, termasuk dari segi mental apabila mendapatkan penolakan atau tidak diterima oleh orang lain yang belum atau tidak memahaminya.
6.      Harus siap berjihad, mengendalikan hawa nafsu, bersabar, dan siap berkorban harta dan jiwa. 



Menyusun teks dakwah

Menyusun teks untuk berdakwah memerlukan pembiasaan atau latihan agar dapat berkembang menjadi semakin baik. Hal-hal yang perlu dipersiapkan ketika akan menyusun suatu teks atau naskah dakwah adalah sebagai berikut:
1.      Membuat teks atau naskah setidaknya memiliki unsur-unsur berikut:
1)      Memberikan salam bagi jamaah yang datang.
2)      Mengucapakan hamdalah atau puji-pujian kepada Allah.
3)      Awali dengan menyampaikan ayat Alquran yang disertai membaca taawuz dan basmalah.
4)      Teks atau naskah materi dakwah setidaknya memenuhi beberapa unsur, yaitu kalimat pembuka, materi inti, kesimpulan, dan penutup.

2.      Mengucapakan dua kalimat syahadat dan shalawat atas nabi.
3.      Berwasiat (meningkatkan takwa).



D.    PERBEDAAN BERKHUTBAH DENGAN BERDAKWAH

Perbedaaan antara khutbah dan dakwah adalah sebagai berikut:

Khutbah

Dakwah

1.      Dilaksanakan secara rutin sebagaimana hari Jumat atau dua hari raya.
2.      Ada rukun dan syaratnya.
3.      Ada mimbar khusus untuk menyampaikan khutbah.
4.      Waktunya terbatas dan membutuhkan pengetahuan luas.
5.      Dilakukan secara khusus dan ada tata tertibnya.

1.      Dapat dilaksanakan  kapan saja.
2.      Tidak ada rukun dan syaratnya.
3.      Tidak ada mimbar tempat khusus pada pelaksanaan.
4.      Waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh berdakwah.
5.      Dapat dilakukan dengan cara yang kreatif dan inovatif seperti seminar, lokakarya, pelatihan, atau sarasehan.

























Rabu, 22 Februari 2012

PERILAKU TERPUJI

A.    Pengertian Perilaku Terpuji

Perilaku terpuji adalah segala sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai ajaran Islam. Kendatipun manusia menilai baik, namun apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka hal itu tetap tidak baik. Sebailiknya, walaupun manusia menilai kurang baik, apabila Islammeyatakan baik, maka hal itu tetap baik.
Kita sebagai umatnya tentunya ingin dapat mengikuti apa yang terjadi tuntutan rasulullah dalam kehidupan sehari-hari sebagai suritauladan manusia.
Orang yang baik akhlaknya tentunya didalam pergaulan sehari-hari akan senantiasa dicintai oleh sesama, dan tentunya mereka kelak dihari kiamat akan masuk surga bersama dengan nabi saw. Sebagaimana beliau bersabda dalam hadisnya yang artinya sebagai berikut:
Sesungguhnya (orang) yang paling aku cintai diantara kalian dan orang yang paling dekat tempatnya dariku pada hari kiamat adalah oarang yang paling baik budi pekertinya diantara kalian”.
Harta yang banyak, pangkat yang tinggi atau dimilikinya beberapa gelar kesarjanaan tak mampu mengangkat derajat manusia tanpa dimilikinya akhlak terpuji.
Islam hadir dimuka bumi sebenarnya sangat mengedepankan akhlak terpuji, karena Rasulullah saw. sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana sabdanya sebagai berikut:
اِنَّماَ بُعِثْتُ لِؤُتَمِّمَ مَكَأرِمَ اْلأَخْلاَقْ
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak”.


Alangkah indahnya ajaran Islam yang memerintahkan untuk berakhlakul karimah. Jika hidup kita dihiasi dengan ahklak terpuji tentunya akan dicintai oleh Allah awt dan masyarakatnya akan menjadi baik, temteram dan damai.
Sebagian manusia, berbicara tentang akhlak terpuji dalam era globalisassi seperti ini dinilai kuno dan kurang maju. Anggapan ini muncul karena sedah terpengaruh budaya barat yang dinilai maju dan modern. Akhlak terpuji amat penting dalam kehidupan manusia, termasuk dalam pergaulan remaja. Akhmad Syauki Bey (seorang penyair) mangatakan sebagai berikut:
“Sesungguhnya suatu umat akan tetap memiliki nama harum selama uamat tersebut memiliki akhlak yang terpuji. Manakala akhlak terpuji telah lenyap, lenyap pulalah nama harum umat tersebut.

B.     Perilaku Terpuji Terhadap Lingkungan Sosial


Manusia diciptakan Allah swt sebagai makhluk sosial artinya manusia selalu berhubungan dan membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam bergaul dengan orang lain harus diperhatikan norma-norma yang ada sehingga pergaulan antar masyarakat akan berlangsung dengan harmoni. Denagn demikian setiap manusia dituntut untuk berperilaku terpuji dalam hubungan dengan orang lain dilingkungan sosialnya tanpa membedakan status sosialnya, agama, maupun keturunannya. Rasulullah bersabda: “Engkau belum disebut sebagai orang yang beriman kecuali engkau mencintai orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri”.

Macam-macam perilaku terpuji terhadap sesama dalam masyarakat
1.      Ta’aruf
Dalam pergaulan sehari-hari sering kita dengar ungkapan “tidak kenal maka tidak sayang”. Hal tersebut berlaku untuk apa saja baik itu dalam perdagangan, perumahan, lingkungan masyarakat dan lain-lain. Begitu juga dengan sesama manusia, kalau kita belum kenal mungkin kita punya dzan (sangkaan) yang bermacam-macam. Orang kita sangka baik ternyata belum tentu baik, orang yang kita sangka buruk belum tentu buruk, oleh karena itu supaya tidak punya dzan yang bermacam-macam, sabaiknya kita memperkenalkan diri. Perkenalan bukan hanya dari segi nama saja, tetapi dari berbagai aspek baik itu keluarga, pendidikan, agama, pekrjaan dan lain-lain.
Itulah makna kita saling kenal mengenal yang dalam bahasa arab disebut Ta’aruf. Ta’aruf dapat di artikan saling mengenal, saling mengetahui manusia satu dengan manusia lain. Saling kenal mengenal tersebut harus didasari dengan kemanusiaan, persaudaraan kecintaan serta ketakwaan kepada Allah swt . tanpa membedakan ras, keturunan, warna kulit, pangkat jabatan maupun agama. Dalam ta’aruf perbedaa-perbedaan itu harus kita jauhkan dan di ganti dengan kasih sayang.
Atas kodrat dan irodat Allah, kita lajir didunia yang memiliki berbagai macam perbedaan-perbedaan baik bentuk fisik, warna kulit, rambut, suku bangsa, maupun yang dibentuk oleh manusia itu sendiri seperti kelompok buruh, majikan dan lain-lain. Adanya perdaan itu jangan dijadikan alasan untuk permusuhan dan pertentangan akan tetapi harus dijadikan sarana saling kenal mengenal.
Ajaran tentang persaudaraan dan saling kenal mengenal antar manusia harus dilandasi dengan landasan yang amat luas. Yang dituju disini bukan hanya kaum mukmin, malinkan manusia pada umumnya yang mereka itu seakan-akan satu keluarga dan terbagi menjadi bangsa, kebilah dan keluarga.
Supaya perkenalan menjadi persaudaraan semakin erat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan kita kerjakan, yaitu sebagai berikut:
a.       Jaga persatuan dan kesatuan, karena pada dasarnya setiap muslim itu adalah saudara.
b.      Sebarkan salam, beri makan dan sambung tali persaudaraan.
c.       Segala urusan dimusyawarahkan
d.      Lemah lembut dan berseri-seri.

2.      Tafahum
Tafahum artinya saling memahami keadaan seseorang, baik sifat watak maupun latar belakang seseorang.

3.      Jujur
Allah meminta kapada manusia dalam membina kehidupan ini supaya berlaku benar dan jujur, karena kebenaran dan kejujuran merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Akan tetapi sebaliknya, apabila manusia melalaikan hal yang pokok ini, maka kehancuran dan kekacauan yang akan menimpa manusia. Oleh karenanya berpegang teguh pada kejujuran dan kebenaran dalam segala hal merupakan faktor yang penting dalam membina akhlak bagi orang-orang muslim.
Benar atau jujur artinya sesuainya sesuatu dengan kenyataan yang sesungguhnya, tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam bahasa arab benar atau jujur disebut sidiq (ash shidqu). Benar atau jujur perkataan artinya mengatakan sesuatu keadaanya yang sebenarnya, tidak mengada-ngada dan tidak pula menyembunyikan. Akan tetapi, apabila yang disembunyikan itu suatu rahasia atau menjaga nama baik seseorang, maka itu diperbolehkan. Benar atau jujur dalam perbuatan ialah melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan aturan atau oetunjuk agama. Apabila menurut agama itu diperbolehkan, maka itu benar, dan apabila perbuatan itu menurut agama dilarang, berarti perbuatan itu tidak benar.
Benar atau jujur pada diri sendiri berarti kita harus bersungguh-sungguh untuk meningkatkan kemampuan dan tujuan hidup kita untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang lain, yaitu kita memperlihatkan diri kita yang sebenarnya, tangpa dibuat-buat, bersih dan lurus. Benar atau juur kepada orang lain tidak hanya sekedar berbuat dan berkata yang benar, akan tetapi harus berusaha memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Sebagaimana disabdakan rasulullah yang artinya: “sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Disamping memberikan manfaat kepada orang lain rasulullah juga mencontohkan kepeduliannya terhadap orang lain.
Jujur adalah kata yang mudah umtuk diucapkan, akan tetapi berat dalam pelaksanaannya. Kejujuran memancarkan kewibawaan, karena orang yang berlaku jujur dapat menepiskan segala prasangka buruk, dia berni karena benar.

4.      Adil
Adil menurut istilah agama adalah sama dalam segala urusan dan menjalankan sesuai dengan ketentuan agama. Dengan kata lain, adil adalah mengerjakan yang benar dan menjauhkan yang batil.
Adil adalah jalan bagi seseorang untuk menuju kepada ketakwaan. Apabila didalam pergaulan hidup ini masing-masing pihak berbuat sesuai dengan pekerjaannya, maka diharapkan akan terwujud ketenteraman dan kedamaian didalam masyarakat. Salah satu sifat yang ahrus dimiliki setiap orang untuk dapat menegakkan kebenaran adalah sifat adil.
Didalam Al-Quran dijelaskan bahwa bersikap adil tidak pilih-pilih, kepada golongan yang kita bencipun kita haarus tetap berlaku adil. Dengan berbuat adil, maka akan mendekatkan kita kepada sifat takwa. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah:8 yang artinya:


“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”    (Q.S. Al-Maidah:8)

5.      Amanah

Secara bahasa, amanah adalah kepercayaan, kesetiaan atau ketulusan hati. Berdasarkan istilah, amanah adalah sesuatu yang dititipkan kepada pihak lain sehingga menimbulkan rasa aman bagi pemberinya, dan sebaliknya, pihak penerima memelihara amanah dengan baik.

Dibawah ini akan disampaikan tiga amanah Allah yang pokok kepada manusia, yaitu sebagai berikut:
1)      Amanah ilmu pengetahuan, yang diberikan kepada manusia yang berpredikat ulama, kaum cerdik pandai dan para sarjana.. mereka ini bertanggungjawab untuk memelihara ilmu, menyiarkannya serta mengembangkannya.
2)      Amanah kekuasaan, yang diberikan kepada mereka yang memegang kekuasaan, yaitu para pemimpin, tokoh masyarakat. Kekuasaan yang ada pada mereka itu merupakan amaliah Allah yang harus dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang telah ditentukan oleh Allah.
3)      Amanah harta, amanah ini dilimpahkan Allah kepada mereka hartawan, usahawan, produsen, supaya dapat mengursnya dengan baik sesuaid engan garis-garis yang telah ditentukan oleh Allah  dan Rasul-Nya.

Oleh karena itu amanah itu hendaknya diberikan kepada orang yang mampu melaksanakannya. Begitu juga orang yang menerima amanah harus menyadari, bahwa amanah yang diterimanya itu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada yang memberi amanah dan kepada Allah SWT.

6.      Tasamuh
Tasamuh dapat diartikan sebagai lapang dada, yaitu sikap tidak terburu-buru menerima atau menolak saran atau pendapat orang lain, sekalipun hal tersebut menyangkut pada masalah agama, akan tetapi dipikirkan dalam-dalam dipertimbangkan masak-masak baru menetapkan sikap.
7.      Toleransi
Secara bahasa toleransi artinya bersabar, menahan diri dan membiarkan. Toleransi menghendaki agar kerukunan hidup diantara manusia yang bermacam-macam paham, keyakinan dapat terhindar dari sifat-sifat kaku, bahkan menjurus pada sikap-sikap permusuhan.
Pada dasarnya, tujuan utama dalam toleransi adalah terciptanya kerukunan hidup antar manusia, dan dalam agama Islam juga diajarkan bahkan merupakan sesuatu ajaran yang sangat prinsip diantara ajaran-ajaran yang lain. Tuuan yang demikian ini merupakan tujuan utama dari agama Islam dimuka bumi ini dan sesuai pula dengan kata “Islam” yang berarti “damai” yaitu damai dengan sesama umat manusia.

8.      Ta’awun
Ta’awun artinya tolong menolong. Manusia tidak dapat berbuat banyak kalau seorangdiri, apalagi untuk kepentingan orang banyak. Karena manusia tidak dapat hidup sendiri maka manusia memerlukan bantuan atau pertolongan orang lain, bahkan harus mengikat kerjasama dengan orang lain.

Dampak positif ta’awun dan tasamuh
a.       Terwujudnya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai.
b.      Tercapai ketentraman batin hidup bersama masyarakat.
c.       Terjalinnya hubungan batin yang mesra antara sesama manusia.
d.      Terwujudnya kesatuan dan persatuan.

C.    Perilaku Terpuji Terhadap Sesama

1.      Akhlak terpuji terhadap orang lemah
Dalam menghadapi kehidupan didunia ini, Allah telah memberikan kepada semua manusia antara lain berupa panca indera, akal dan sebagainya. Namun, diantara manusia ada yang tidak dapat memanfaatkan karunia dari Allah dengan sempurna karena beberapa sebab. Ada yang disebabkan karena lanjut usia, karena cacat, lumpuh dan sebagainya.
Kita tentu sangat beruntung dibandingkan dengan mereka, kita dapat membeyangkan, bagaimana caranya mereka menghadapi kehidupan ini. Kalau mereka masih mempunyai sanak keluarga yang mampu, mereka dapat membantu menghidupi keperluan hidupnya. Tetapi, bagi mereka yang sudah tidak mempunyai sanak keluarga yang mampu, anggota masyarakat seluruhnyalah yang menjadi harapannya. Untuk itu, umat Islam berkewajiban mengeluarkan sebagian dari haratanya sebagai zakat untuk mencukupi keperluan hidup mereka. Adapun bagi orang Islam yang mempunyai sedikit kelebihan dari keperluan hidupnya sehari-hari dapat membantunya dengan sedikit sesuai dengan kemampuannya.

2.      Akhlak terhadap tetangga
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena pertalian saudara ataupun pertalian darah, bahkan mungkin tidak seagama dengan kita.

3.      Akhlak terhadap orang yang berbeda agama
Agama Islam adalah agama perdamaian, artinya Islam melarang umatnya mencari lawan, karena mencari lawan merupakan perbuatan yang tertcela yang dilarang agama. Dalam hal ini keyakinan kita harus berbeda, tetapi dalam kemasyarakatan kita harus bersatu untuk menjaga kerukunan bersama.

D.    Akhlak Terpuji Kepada Allah


a.      Pengertian Akhlak Terpuji Kepada Allah

Akhlak terpuji disebut juga akhlak mahmudah. Islam mengjarkan , berakhlak terpuji tidak hanya berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga terhadap Allah SWT. sebagai Zat Yang Maha Pencipta. Akhlak terpuji kepada Allah adalah suatu sikap atau perilaku terpuji yang hanya ditujukan kepada Allah SWT. sebagai hamba ciptaan Allah kita wajib berperilaku terpuji kepada Allah. Hal ini wujud rasa terima kasih atau bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan manusia dengan segala kelengkapan dan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.



b.      Macam-macam Akhlak Terpuji Kepada Allah

1.      Ikhlas
Ikhlas adalah melakukan atau mengerjakan sesuatu pekerjaan semata-mata hanya karena Allah SWT.. Orang yang berbuat ikhlas tidak mengharapkan balas jasa atau pujian dari orang lain kecuali hanya mengharap rida dari Allah SWT.. Orang yang beramal secara ikhlas disebut mukhlis.
Dampak positif dari perbuatan ikhlas adalah sebagai berikut:
1)      Memperoleh pahala yang besar dari Allah SWT.
2)      Memperoleh kepuasan batin karena merasa bahwa kebaikan yang dilakukan sesuai dengan perintah Allah SWT.
3)      Merasa lebih dekat dengan Allah,karena amalnya diterima oleh Allah SWT.

Ada beberapa upaya untuk membiasakan sifat ikhlas antara lain:
1)      Melatih diri untuk beramal baik saat tidak dilihat oleh orang lain.
2)      Tidak merasa kecewa apabila perbuatan baiknya diremehkan orang lain.
3)      Melatih diri agar tidak merasa bangga jika perbuatan baiknya dipuji orang.
4)      Tidak suka memuji perbuatan baik yang dilakukan seseorang karena hal itu dapat mendorong pelakunya menjadi riya.

2.      Taat
Taat menurut bahasa berarti tunduk, patuh, dan setia. Adapun taat dalam berakhlak terpuji kepada Allah ialah tunduk, patuh, dan setia kepada Allah SWT dan Rasul-nya baik dalam bentuk pelaksanaan perintah maupun meninggalkan larangannya.
Orang yang taat kepada Allah dan Rasulnya tentu akan memperoleh dampak positif dari dirinya, antara lain sebagai berikut:
1)      Memperoleh rida dari Allah SWT, karena mampu menaati perintah-nya dan menjauhi larangan-nya.
2)      Memperoleh kepuasan batin karena telah mampu melaksanakan salah satu kewajibannya kepada Allah dan Rasul-nya.
3)      Memperoleh kemenangan dan keberuntungan yang besar sesuai firman Allah SWT dalam Q,S, An-nisa: 13 yang artinya:

Artinya:
“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar”.
(Q,S, An-nisa: 13 )